Selasa, 20 November 2012

Limbah


PEMANFAATAN LIMBAH ALUMUNIUM FOIL
 UNTUK PEMBUATAN TAWAS

Hari/Tanggal   : Selasa, 30 Oktober 2012

I.                   Tujuan

-          Membuat  tawas dari limbah alumunium foil
-          Membandingkan hasil tawas alumunium dengan tawas pasar
-          Mengetahui prosedur pembuatan tawas

II.                Dasar Teori

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Laboratorium merupakan salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Selain ditangani secara benar, ada beberapa limbah padat yang dapat diolah menjadi hal yang lebih berguna. Contohnya adalah limbah alumunium foil. Didalam praktikum, alumunium foil ini biasa digunakan untuk menutup tabung yang berisi suatu larutan. Jika Limbah alumunium foil diolah secara lebih lanjut dapat dimanfaatkan dalam penjernihan air.
Limbah Tawas/Alum adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia Al2(SO4)3.11 H2O atau 14 H2O atau 18 H2O. Umumnya yang digunakan adalah 18 H2O. Merupakan kristal putih yang tak larut dan berbentuk gelatin yang mempunyai sifat dapat menarik partikel-partikel lain, sehingga berat, ukuran dan bentuknya makin besar dan mudah mengendap (Rifa’i,2002).  Akan tetapi umumnya tidak stabil. Pada pH 7 terbentuk Al ( OH )4. Flok –flok Al ( OH )3 mengendap berwarna putih.

Menurut Suriawiria (1996) prinsip koagulasi kimiawi adalah destabilisasi, agregasi dan meningkatkan partikel-partikel koloid bersama.Gugus utama dalam proses koagulasi adalah senyawa aluminat yang optimum pada pH netral. Apabila pH tinggi atau boleh dikatakan kekurangan dosis maka air akan nampak seperti air baku karena gugus aluminat tidak terbentuk secara sempurna. Akan tetapi apabila pH rendah atau boleh dikata kelebihan dosis maka air akan tampak keputih – putihan karena terlalu banyak konsentrasi alum yang cenderung berwarna putih. Dalam cartesian terbentuk hubungan parabola terbuka, sehingga memerlukan dosis yang tepat dalam proses penjernihan air. Reaksi alum dalam larutan dapat dituliskan.

Al2SO4 + 6 H2O → Al ( OH )3 + 6 H+ + SO42-
Penggunaan dosis tawas yang berlebihan akan mengakibatkan penurunan pH yang cukup besar dan air yang diolah menjadi asam, ini tidak baik bagi kesehatan. Dosis yang digunakan untuk menjernihkan air 200 liter air adalah 12 gram tawas (kurang lebih ½ sendaok makan). Menurut Syahputra (2008) pemakaian tawas paling efektif antara pH 5,8-7,4 atau 5,9-7, pemakaian yang pernah diteliti adalah setiap 150 gr/L menjadi air minum yang memenuhi persyaratan.  Tawas berfungsi dapat digunakan dalam pelarutan air pada pembuatan bakso dengan takaran 1-2 gr/L.

III.             Metode praktikum
a.     Alat :
-          Gelas ukur
-          Gelas beaker
-          Tabung Reaksi                 
-          Batang Pengaduk            
-          Botol Semprot
-          Corong
-          Kertas saring

b.    Bahan:
-          Limbah alumunium foil
-          Limbah kaleng minuman
-          NaOH
-          Air yang mengandung campuran Fe Tawas Pasaran
-          Tawas hasil percobaan
-          FeCl3
-          Air comberan
-          Aquadest


c.       Prosedur kerja

Pembuatan tawas

Disiapkan 1 gr limbah alumunium foil
Dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml
Ditambahkan KOH 20% sebanyak 50 ml ( pada lemari asam), Proses dihentikan ketika gelembung gas hilang
Zat pengotor alumunium/ kaleng di saring
Ditambahkann H2SO4 6 M sambil di aduk
Larutan disaring dan didinginkan di penaggas es
Kristal tawas yang terbentuk di pisahkan dengan corong Buncher dan dicuci
Dengan 20 ml ethanol 50% ( saringan 1)
Kristal tawas di saring kembali dan dicuci dengan
20 ml ethanol 50% ( saringan 2)
Endapan hasil saringan dikeringkan
Ditimbang endapan sampai beratnya konstan

Penjernihan Air

Disiapkan 4 tabung reaksi yang berisi sampel FeCl3
Lalumasing-masing ditambahkan dengan 2 ml aquades
Untuk tabung 1 dijadikan standar, kedua ditambahkan 1 gram tawas pasar
Ketiga ditambahkan tawas saringan ke-1, keempat ditambahkan tawas saringan ke-2
Diaduk dan didiamkan selama 1 hari
Dilihat perubahan yang terjadi
Dilakukan kembali untuk sampel air genangan hujan

IV.             HASIL dan PEMBAHASAN
A.    Hasil pengamatan
-            Data
Tawas saringan pertama = 5,07 gr
Tawas Saringan Kedua = 3,15 gr

-            Reaksi
Pada saat penambahan KOH
2 Al + 2 KOH + 6 H2O → 2 K [Al(OH)4] + ↑ 3 H2

Penambahan H2SO4
2 K [Al(OH)4] + H2SO4 → 2 Al (OH)3 + K2SO4 + 2 H2O
2 Al (OH)3 + 3 H2SO4 → Al2(SO4)3 + 6 H2O

Pembentukan Kristal
K2SO4 + Al2(SO4)3 + 12 H2O → 2 KAl( SO4)2.12 H2O

B.     Pembahasan

Pada praktikum kali ini, limbah alumunium dimanfaatkan untuk menjernihkan air kotor. Prinsipnya Limbah diubah menjadi tawas terlebih dahulu, setelah itu diaplikasikan pada penjernihan air.
Mula-mula pada pembuatan tawas, limbah Alumunium foil 1 gram pada erlenmeyer di tambahkan dengan KOH 3 M. Penambahan ini reaksi berjalan dengan cepat dan bersifat eksoterm karena ada panas yang terbentuk (kalor). Dan dalam reaksi ini terbentuk gas H2 yang ditandai dengan munculnya gelembung-gelembung. Setelah semua Alumunium bereaksi gelembung hilang dan larutan menjadi abu-abu.
2 Al + 2 KOH + 6 H2O → 2 K [Al(OH)4] + ↑ 3 H2

 Lalu larutan ini disaring untuk memisahkan zat pengotor pada larutan. Setelah penyaringan selesai. Larutan ditmabahkan H2SO4. Penambahan larutan H2SO4 dilakukan agar seluruh senyawa K[Al(OH)4]. Dilakukan agar sempurna Al(OH)3 yang terbentuk langsung bereaksi. Dengan asam sulfat yang berlebih Al akan bereaksi menjadi Alumunium sulfat. Lalu larutan campuran tersebut diaduk di penaggas es. Reaksi yang terjadi adalah:

2 K [Al(OH)4] + H2SO4 → 2 Al (OH)3 + K2SO4 + 2 H2O
2 Al (OH)3 + 3 H2SO4 → Al2(SO4)3 + 6 H2O

Setelah di pennggas es terbentuk kristal. Kristal ini disebabkan terbentuknya KAl(SO4)2.12 H2O yang berwarna putih. Reaksi yang terbentuk adalah
K2SO4 + Al2(SO4)3 + 12 H2O → 2 KAl( SO4)2.12 H2O

Setelah terbentuk kristal. Kristal tersebut di cuci dengan menggunakan etanol. Hal ini karena sifat etanol yang mudah menguap. Sehingga apabila dicuci dengan etanol. Air yang berlebih pada kristal diserap dan dapat mempercepat pengeringan. Penyaringa tawas ini dilakukan dua kali.
Pada aplikasinya untuk penyaringan larutan FeCl3 dengan masing-masing jenis tawas 1 gram. Ion Fe2+ akan mengendap sehingga air menjadi lebih bening. Dari 4 tabung yang masing-masing berisi  standar, tawas pasar, tawas penyaringan pertama dan tawas penyaringan kedua. Dari ketiga jenis tawas tersebut. Sampel yang berisi Fe2+ yang lebih bening adalah tawas penyaringan ke 2. Hal ini karena pada tawas pertama zat pengotor masih ada sehingga ia akan lebih sulit untuk bereaksi dengan Fe. Namun Tawas penyaringan pertama lebih jernih dari tawas pasar. Hal ini mungkin terjadi kesalahan pada proses pembuatannya.
untuk penyaringan Air genangan hujan, didapatkan bahwa pada campuran tawas kedua paling jernih, selanjutnya pada penyaringan tawas ke 2 dan tawas pasar. Jika dibandingkan pada penyaringan larutan FeCl2. Air lebh cepat menjadi bersih dan bening. Hal ini karena konsentrasi dari larutan FeCl3 lebih pekat daripada air selain  itu air genangan mengandung H2O sehingga kelarutannya lebih cepat.

V.                Kesimpulan
-          Tawas dapat dibuat dengan menggunakan limbah alumunium foil
-          Tingkat kejernihan FeCl3  dan Air genangan Hujan yaitu: Tawas penyaringan 1 > tawas penyaringan ke2 > tawas pasar
-          Prosedur pertama untuk pembuatan limbah adalah dengan KOH

VI.             Daftar Pustaka
Iqbal dkk. 2012.”Modul Praktikum Anorganic”. Jakarta : UIN syarif hidayatullah.
Journal kimia.2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah diakses tanggal 20 november 2012 jam 20.45 WIB




Senin, 08 Oktober 2012

PERCOBAAN IV GARAM MOHR

Tujuan
1. Membuat garam mohr atau besi (II) ammonium sulfat (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
2. Menentukan banyaknya air kristal dalam garam mohr hasil percobaan

Dasar Teori 
Ada dua buah biji besi yang terpenting yaitu : hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4). Dan garam besi (II) yang terpenting adalah garam adalah garam (II) sulfat yang dibuat dari pelarutan besi atau besi (II) sulfida dengan asam sulfat ence, setelah itu larutan disaring, lalu diuapkan dan mengkristal menjadi FeSO4.7H2O yang berwarna hijau. Dalam skala besar garam ini dibuat dengan cara mengoksidasi perlahan-lahan FeS oleh udara yang mengandung air.
            Garam-garam besi (II) atau fero diturunkan dari besi (II) oksidasi, FeO dalam larutan. Garam – garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion besi (II) dapat mudah dioksidakan menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efeknya dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasi ion besi (II).
Garam besi (II) sulfat dapat bergabung dengan garam-garam sulfat dari garam alkali, membentuk suatu garam rangkap dengan rumus umum yang dapat digambarkan sebagai M2Fe(SO4)6H2O, dimana M merupakan simbol dari logam-logam, seperti K, Rb, Cs dan NH4. Rumus ini merupakan gabungan dua garam dengan anion yang sama atau identik yaitu M2FeSO46H2O.
Untuk garam rangkap dengan M adalah NH4, yang dibuat dalam jumlah mol besi (II) sulfat dan ammonium sulfat sama, maka hasil ini dikenal dengan garam mohr. Garam mohr dibuat dengan mencampurkan kedua garam sulfat dari besi (II) dan ammonium, dimana masing-masing garam dilarutkansampai jenuh dan besi (II) ditambahkan sedikit asam. Pada saat pendinginan hasil campuran pada kedua garam diatas akan diperoleh kristal yang berwarna hijau kebiru-biruan dengan bentuk monoklin. Garam mohr tidak lain adalah garam rangkap besi (II) sulfat dan ammonium sulfat dengan  rumus molekul (NH4)2FeSO46H2O dan (NH4)2(SO4)26H2O.
Garam mohr, besi ammonium sulfat, merupakan garam rangkap dari besi sulfat dan ammonium sulfat dengan rumus molekul [NH4]2[Fe][SO4]2.6H2O. Garam mohr  lebih disukai dari pada besi (II) sulfat untuk proses titrasi karena garam mohr tidak mudah terpengaruh oleh oksigen bebas di udara/ tidak mudah teroksidasi oleh udara bebas dibandingkan besi (II).
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara terartur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam paadatannya “terpasang’ pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal, terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan polikristal. Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi oemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.

Alat dan Bahan
Alat :
  • Gelas piala
  • Gelas Ukur
  • Neraca
Bahan :
  • Serbuk besi atau paku
  • Asam sulfat 10%
  • amonia pekat
PERCOBAAN IV
TEMBAGA (II) AMMONIUM BERHIDRAT DAN TEMBAGA (II) TETRA AMIN SULFATBERHIDRAT

I.      TUJUAN
•         Mempelajari pembuatan tembaga(II) ammonium sulfat berhidrat dan tembaga (II) tetra amin sulfat berhidrat.
II.    DASAR TEORI

Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu+ mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti senyawa larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan bagaimana Cu (I) dan Cu (II) terbentuk, yaitu membuat (Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu+ akan berada pada banyak jumlah (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu+). Disproporsionasi ini akan menjadi sempurna. Di lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap). Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap (Petrucci, 1987 : 350).
Tembaga (Cu) adalah logam merah muda yang lunak, dapat di tempa dan liat. Tembaga melebur pada 1038oC. Karena potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan Cu / Cu+), tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia dapat larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga (Svehla, 1990 : 229).
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air, hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru oleh karena warna ion kompleks koordinasi enam [Cu(H2O)6]2+. Reaksi ion Cu+ dengan OH- pada berbagai konsentrasi bergantung pada metodenya. Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat (0.1-0,5 M) secara bertetes dengan kecepatan ~ 1 mL/menit menyebabkan terjadinya endapan gelatin biru muda dari garam tembaga (II) hidroksida sulfat, bukan endapan Cu(OH)2 (Sugiarto, 2003 : 569).
Senyawa tembaga bersifat diamagnetik. Tembaga sulfit teroksidasi superficial dalam udara kadang menghasilkan lapisan warna hijau hidroksida karbonat dan hidrokso sulfat dan SO2. Di atmosfer tembaga mudah larut dalam asam nitrat dan asam sulfat dengan adanya oksigen. Kestabilan relatif kepro dan kopri diartikan dengan potensial Cu*= 0,52 V dan Cu+ = 0,153 V. Kestabilan relatif tergantung pada sulfat anion dan ligan yang cukup beragam dengan pelarut/sifat fisik atom tetangganya dalam kristal. Pelarutan tembaga hidroksida karbonat dan sebagainya dalam asam yang dihasilkan akuo hijau dituliskan [Cu(H2O)6]2+. Diantara berbagai kristal hidratnya adalah sulfat hidratnya adalah sulfat biru CuSO4.5H2O yang paling lazim. CuSO4.5H2O dapat dihidrasi menjadi zat anhidrat yang berwarna putih. Penambahan ligan menyebabkan kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan (Syukri, 1999 : 321).
III.            ALAT DAN BAHAN
Alat:
•           Gelas beker 50 mL
•           Batang pengaduk
•           Kaca arloji
•          Corong
•          Kertas saring
•          Gelas ukur
•          Pipet tetes
•           Mortar dan alu
Bahan:
•    Aquadest
•    CuSO4 serbuk
•    NH4OH pekat
•    Alcohol 96 %
IV.            CARA KERJA


V. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan Tembaga (II) ammonium sulfat hidrat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
1. Ditimbang CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4 :   
Massa CuSO4.5H2O = 5 gram; ristal berwarna biru muda.
Massa (NH4)2SO4 = 5 gram; kristal berwarna hijau muda.


2. Kristal disaring, dikeringkan dan ditimbang.
Warna kristal yang terbentuk biru muda.
Massa kristal yang terbentuk = 72,157 gram.
Massa kertas saring = 0,820 gram.

2.       Pembuatan Tembaga (II) Tetraamin Sulfat Hidrat Cu(NH3)4SO4.6H2O
1. Ditimbang CuSO4.5H2O
Massa CuSO4.5H2O = 6,25 gram.

2. Dilarutkan dalam H2O
Warna campuran biru muda.

3. Ditambahkan NH4OH, kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit alkohol
Warna larutan dan endapan biru tua.

4. Endapan disaring, dicuci dengan campuran larutan NH4OH dan alkohol.
Warna endapan yang disaring biru tua.
Massa kertas saring = 0,95 gram.

5. Endapan yang telah kering ditimbang.
Massa endapan + kertas saring = 52,608 gram.
VI. 
PERHITUNGAN

1. Pembuatan Tembaga (II) ammonium sulfat hidrat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Diketahui :
·         Massa kertas saring    = 0,820 gram
·         Massa kristal total       = 7,334 gram
·         m CuSO4(NH4)2SO4.6H2O        = massa kristal total – massa kertas saring
                 = 7,334 gram – 0,820gram
                 = 6,514 gram
·         Massa CuSO4.5H2O      = Massa (NH4)2SO4 = 5 gram
·         BM CuSO4.5H2O          = 249,54 g/mol
·         BM (NH4)2SO4    = 132 g/mol
·         BM CuSO4(NH4)2SO4.6H2O      = 399,54 g/mol
Ditanya  : % rendemen...?
Penyelesaian :
·         Mol CuSO4.5H2O          = massa CuSO4.5H2O /BM CuSO4.5H2O
= 5 gram/249,54 g mol-1  
= 0,02 mol
·         Mol (NH4)2SO4 = massa (NH4)2SO4 / BM (NH4)2SO4
= 5 gram/132 g mol-1  
= 0,03 mol

CuSO4.5H2O   +    (NH4)2SO4          CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
                          m :     0,02 mol                0,03 mol                           -
                          r   :    0,02 mol                 0,02 mol                         0,02 mol
                          s   :        -                          0,01 mol                         0,02 mol

·         Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = mol CuSO4(NH4)2SO4.6H2O x BM CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
= 0,02 mol x 399,54 g/mol
= 7,99 gram


% Rendeman = massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O perc/ massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O teori x 100%
           = 7,334 gram/7,99 gram x 100%
          = 91,78%

2. Pembuatan Tembaga (II) tetra amin sulfat hidrat Cu(NH3)4SO4.6H2O
Diketahui :
·         Massa CuSO4.5H2O                       = 6,25 gram
·         Massa kertas saring                      = 0,95 gr
·         Massa Cu(NH3)4SO4.6H2O = Massa CuSO4.5H2O  – massa kertas saring
= 6,52 gram – 0,52 gram
= 5,3 gram
·         BM CuSO4.5H2O                = 249,54 g/mol
·         BM Cu(NH3)4SO4.6H2O      =  321,54 g/mol
·         V NH3 15 N                        = 10 mL
Ditanya  : % rendemen...?
Penyelesaian  :
·         Mol CuSO4.5H2O          = massa CuSO4.5H2O/BM CuSO4.5H2O
= 6,25 gram/249,54 gram  
= 0,025 mol
·         Mol NH3                       = N NH3 x V NH3
= 15 x 10
= 150 mmol = 0,15 mol

CuSO4.5 H2O    +       4NH3             Cu(NH3)4SO4.6H2O
                                m :     0,025 mol            0,15 mol                         -
                        r   :    0,025 mol             0,1 mol                        0,025 mol
                        s  :         -                       0,05 mol                       0,025 mol

Massa Cu(NH3)4SO4.6H2O       = mol Cu(NH3)4SO4.6H2O x BM Cu(NH3)4SO4.6H2O                      
                                                    = 0,025 mol x 321,54 g/mol
    = 8,038 gram

    % rendemen        = CuSO4(NH4)2SO4.6H2O perc / massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O teori x 100%
= 5,3 gram / 8,038 gram x 100%
= 66%

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pecobaan tentang Tembaga (II) Ammonium Berhidrat dan Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat. Tujuan percobaan ini yaitu untuk mempelajari pembuatan senyawa tersebut. Pada percobaan ini pertama praktikan membuat garam tembaga (II) ammonium sulfat berhidrat. Pada proses pembuatan garam ini, awalnya praktikan mencampurkan serbuk CuSO4.5H2O yang berwarna biru muda dan (NH4)2SO4 yang berwarna hijau muda dalam air panas. Air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya tersebut maka digunakannya pelarut air karena baik CuSO4.5H2O  maupun (NH4)2SO4 yang bereaksi dapat larut dalam air dan tetap berupa satu spesies ion. Hasil campuran ini membentuk larutan berwarna hijau kekuningan. Warna hijau kekuningan tersebut terjadi sebagai akibat campuran yang kurang sempurna (heterogen), berdasarkan literatur warna endapan yang terbentuk adalah warna biru yang homogen, pewarnaan biru disini merupakan warna dari ion Cu2+ yang menjadi salah satu komponen pembentuk garam rangkap tersebut. Larutan segera ditutupi dengan kaca arloji sehingga dapat mencegah menguapnya beberapa ion yang diinginkan untuk dapat membentuk kristal monoklin sempurna. Pada percobaan ini didapatkan garam rangkap kupriammonium sulfat berupa kristal monoklin berwarna biru muda seberat 73,337 gram, dimana berat kertas saringnya yaitu 0,820 gram, sehingga berat kristal monoklin yang sesungguhnya adalah 72,517 gram dengan rendemen 91%. Reaksi yang terjadi dalam pembuatan garam ini yaitu :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Berikutnya adalah dilakukan pembuatan garam tembaga (II) tetra amin sulfat berhidrat. Praktikan melarutkan serbuk CuSO4.5H2O yang berwarna biru dengan menggunakan larutan NH3 pekat yang telah diencerkan dengan aquades, berupa larutan bening. Pencampuran ini dilakukan dalam lemari asam, karena akibat dari pencampuran ini menghasilkan gas yang berbau menyengat yang berasal dari larutan amonia pekat yang digunakan.  Dari hasil campuran ini, terbentuk larutan yang berwarna biru tua. Selanjutnya ke dalam campuran biru tua tersebut ditambahkan alkohol 95 % sedikit demi sedikit, hal ini bertujuan untuk mengurangi energi solvasi ion-ion sehingga pembentukan kristal dapat terjadi lebih sempurna. Praktikan menggunakan alkohol, karena alkohol merupakan pelarut yang baik untuk senyawa ionik, dimana alkohol sendiri memiliki tetapan dielektrik yang rendah. Setelah penambahan ini, campuran didiamkan. Endapan biru tua yang terbentuk kemudian disaring, lalu dicuci dengan campuran amonia pekat dan alkohol, kemudian dengan larutan alkohol. Pencucian dilakukan untuk memurnikan endapan kristal yang terbentuk dari pengotor-pengotor yang tidak diinginkan yang mungkin saja terdapat dalam garam yang terbentuk pada saat dilakukan penyaringan sebagian kristal tersebut ikut terbawa bersama filtrat. Terakhir endapan kristal dikeringkan, kemudian ditimbang. Praktikan memperoleh berat endapan kristal yang terbentuk sebanyak 52,608 gram, dimana berat kertas saringnya yaitu 0,95 gram dengan rendemen 66%, sehinggah sebesar 51,658 gram. Reaksi yang terjadi pada saat pembentukan garam kompleks ini adalah:
CuSO4.5H2O+ 4NH3 Cu(NH3)4SO4.5H2O
VIII. KESIMPULAN
1. Massa kristal CuSO4(NH4)2SO4.6H2O adalah 72,517 gram, kristal berwarna biru muda.
2. Massa kertas saringnya adalah 0,820 gram.
3. Massa kristal Cu(NH3)4SO4.6H2O adalah 51,658 gram, kristal berwarna biru tua.
4. Massa kertas saringnya adalah 0,95 gram.
VIII. DAFTAR PUSTAKA 
Chalid, Sri Yadial. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
Hariyadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta : PT. Gramedia.
Day & Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.Jakarta : Erlangga.
www.blogspot.com/2012/07/tembaga-ii-ammonium-berhidrat-dan.html
http://indonesiaindonesia.com/f/94300-bab-4-materi-benda-zat/ 


XI. lampiran 
pertanyaan :

1.       Apa tujuan pencucian dengan menggunakan eter?
2.       Apa jenis garam yang dihasilkan dari percobaan ini?
3.       Bedakan antara garam-garam kompleks dengan garam sederhana?
Jawab :
1.    Eter digunakan bertujuan untuk dapat melarutkan senyawa/molekul-molekul pengotor agar didapat kristal garam kompleks berhidrat yang murni.
2.       Garam yang dihasilkan merupakan garam kompleks. Dimana Tembaga (II) Amonium Sulfat Berhidrat merupakan ligan yang mengikat pada atom pusat H2O.
3.       Garam sederhana adalah garam yang tersusun dan ion positip logam (termasuk NH4) dengan ion sisa asam.
Contohnya: NaCI, K2SO4 dan FeCl3
Garam kompleks adalah garam yang melibatkan unsur transisi / gd B. kompleks ini tersusun atas atom pusat (logam transisi) yang dikelilingi oleh sejumlah anion atau molekul netral Anion atau molekul netral yang mengelilingi atom pusat itu disebut ligan.
Contohnya : K4[Fe(CN)6] dengan nama kalium heksa siano ferat (II), K3[Fe(CN)6] dengan nama kalium heksa siano ferat (III) dan [Ag(NH3)2]Cl dengan nama diamin perak (I) clorida.
Pada garam ini ada yang merupakan ion sederhana dan ada yang disebut ion komplek, misalnya pada K4[Fe(CN)6] terdiri dari K+ dan [Fe(CN)6)4-.