PEMANFAATAN LIMBAH ALUMUNIUM FOIL
UNTUK PEMBUATAN TAWAS
Hari/Tanggal : Selasa, 30 Oktober 2012
I.
Tujuan
-
Membuat
tawas dari limbah alumunium foil
-
Membandingkan hasil tawas alumunium dengan
tawas pasar
-
Mengetahui prosedur pembuatan tawas
II.
Dasar Teori
Limbah
adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Laboratorium merupakan salah satu sumber penghasil
limbah cair, padat dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Selain
ditangani secara benar, ada beberapa limbah padat yang dapat diolah menjadi hal
yang lebih berguna. Contohnya adalah limbah alumunium foil. Didalam praktikum,
alumunium foil ini biasa digunakan untuk menutup tabung yang berisi suatu
larutan. Jika Limbah alumunium foil diolah secara lebih lanjut dapat
dimanfaatkan dalam penjernihan air.
Limbah
Tawas/Alum adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia Al2(SO4)3.11
H2O atau 14 H2O atau 18 H2O. Umumnya yang
digunakan adalah 18 H2O. Merupakan kristal putih yang tak larut dan berbentuk
gelatin yang mempunyai sifat dapat menarik partikel-partikel lain, sehingga
berat, ukuran dan bentuknya makin besar dan mudah mengendap (Rifa’i,2002). Akan tetapi umumnya tidak stabil. Pada pH 7
terbentuk Al ( OH )4. Flok –flok Al ( OH )3 mengendap
berwarna putih.
Menurut
Suriawiria (1996) prinsip koagulasi kimiawi adalah destabilisasi, agregasi dan
meningkatkan partikel-partikel koloid bersama.Gugus utama dalam proses
koagulasi adalah senyawa aluminat yang optimum pada pH netral. Apabila pH
tinggi atau boleh dikatakan kekurangan dosis maka air akan nampak seperti air
baku karena gugus aluminat tidak terbentuk secara sempurna. Akan tetapi apabila
pH rendah atau boleh dikata kelebihan dosis maka air akan tampak keputih –
putihan karena terlalu banyak konsentrasi alum yang cenderung berwarna putih.
Dalam cartesian terbentuk hubungan parabola terbuka, sehingga memerlukan dosis
yang tepat dalam proses penjernihan air. Reaksi alum dalam larutan dapat dituliskan.
Al2SO4 + 6 H2O → Al
( OH )3 + 6 H+ + SO42-
Penggunaan dosis tawas yang berlebihan
akan mengakibatkan penurunan pH yang cukup besar dan air yang diolah menjadi
asam, ini tidak baik bagi kesehatan. Dosis yang digunakan untuk menjernihkan
air 200 liter air adalah 12 gram tawas (kurang lebih ½ sendaok makan). Menurut
Syahputra (2008) pemakaian tawas paling efektif antara pH 5,8-7,4 atau 5,9-7,
pemakaian yang pernah diteliti adalah setiap 150 gr/L menjadi air minum yang
memenuhi persyaratan. Tawas berfungsi
dapat digunakan dalam pelarutan air pada pembuatan bakso dengan takaran 1-2
gr/L.
III.
Metode praktikum
a. Alat
:
-
Gelas ukur
-
Gelas beaker
-
Tabung
Reaksi
-
Batang
Pengaduk
-
Botol
Semprot
-
Corong
-
Kertas saring
b. Bahan:
-
Limbah alumunium foil
-
Limbah kaleng minuman
-
NaOH
-
Air yang mengandung campuran Fe Tawas Pasaran
-
Tawas
hasil percobaan
-
FeCl3
-
Air
comberan
-
Aquadest
c. Prosedur
kerja
Pembuatan
tawas
Disiapkan 1 gr
limbah alumunium foil
↓
Dimasukkan
kedalam erlenmeyer 100 ml
↓
Ditambahkan KOH
20% sebanyak 50 ml ( pada lemari asam), Proses dihentikan ketika gelembung gas
hilang
↓
Zat pengotor
alumunium/ kaleng di saring
↓
Ditambahkann H2SO4
6 M sambil di aduk
↓
Larutan disaring
dan didinginkan di penaggas es
↓
Kristal tawas
yang terbentuk di pisahkan dengan corong Buncher dan dicuci
Dengan 20 ml
ethanol 50% ( saringan 1)
↓
Kristal tawas di
saring kembali dan dicuci dengan
20 ml ethanol
50% ( saringan 2)
↓
Endapan hasil
saringan dikeringkan
↓
Ditimbang
endapan sampai beratnya konstan
Penjernihan
Air
Disiapkan 4
tabung reaksi yang berisi sampel FeCl3
↓
Lalumasing-masing
ditambahkan dengan 2 ml aquades
↓
Untuk tabung 1 dijadikan
standar, kedua ditambahkan 1 gram tawas pasar
Ketiga ditambahkan
tawas saringan ke-1, keempat ditambahkan tawas saringan ke-2
↓
Diaduk dan
didiamkan selama 1 hari
↓
Dilihat perubahan
yang terjadi
↓
Dilakukan kembali
untuk sampel air genangan hujan
IV.
HASIL dan PEMBAHASAN
A. Hasil
pengamatan
-
Data
Tawas saringan pertama = 5,07 gr
Tawas Saringan Kedua = 3,15 gr
-
Reaksi
Pada saat penambahan KOH
2 Al + 2 KOH + 6 H2O → 2 K
[Al(OH)4] + ↑ 3 H2
Penambahan H2SO4
2 K [Al(OH)4] + H2SO4
→ 2 Al (OH)3 + K2SO4 + 2 H2O
2 Al (OH)3 + 3 H2SO4
→ Al2(SO4)3 + 6 H2O
Pembentukan Kristal
K2SO4 + Al2(SO4)3
+ 12 H2O → 2 KAl( SO4)2.12 H2O
B. Pembahasan
Pada
praktikum kali ini, limbah alumunium dimanfaatkan untuk menjernihkan air kotor.
Prinsipnya Limbah diubah menjadi tawas terlebih dahulu, setelah itu
diaplikasikan pada penjernihan air.
Mula-mula
pada pembuatan tawas, limbah Alumunium foil 1 gram pada erlenmeyer di tambahkan
dengan KOH 3 M. Penambahan ini reaksi berjalan dengan cepat dan bersifat
eksoterm karena ada panas yang terbentuk (kalor). Dan dalam reaksi ini
terbentuk gas H2 yang ditandai dengan munculnya gelembung-gelembung.
Setelah semua Alumunium bereaksi gelembung hilang dan larutan menjadi abu-abu.
2 Al + 2 KOH + 6
H2O → 2 K [Al(OH)4] + ↑ 3 H2
Lalu larutan ini disaring untuk memisahkan zat
pengotor pada larutan. Setelah penyaringan selesai. Larutan ditmabahkan H2SO4.
Penambahan larutan H2SO4 dilakukan agar seluruh senyawa
K[Al(OH)4]. Dilakukan agar sempurna Al(OH)3 yang
terbentuk langsung bereaksi. Dengan asam sulfat yang berlebih Al akan bereaksi
menjadi Alumunium sulfat. Lalu larutan campuran tersebut diaduk di penaggas es.
Reaksi yang terjadi adalah:
2 K [Al(OH)4]
+ H2SO4 → 2 Al (OH)3 + K2SO4
+ 2 H2O
2 Al (OH)3 +
3 H2SO4 → Al2(SO4)3
+ 6 H2O
Setelah di pennggas es
terbentuk kristal. Kristal ini disebabkan terbentuknya KAl(SO4)2.12
H2O yang berwarna putih. Reaksi yang terbentuk adalah
K2SO4
+ Al2(SO4)3 + 12 H2O → 2 KAl(
SO4)2.12 H2O
Setelah
terbentuk kristal. Kristal tersebut di cuci dengan menggunakan etanol. Hal ini
karena sifat etanol yang mudah menguap. Sehingga apabila dicuci dengan etanol. Air
yang berlebih pada kristal diserap dan dapat mempercepat pengeringan. Penyaringa
tawas ini dilakukan dua kali.
Pada
aplikasinya untuk penyaringan larutan FeCl3 dengan masing-masing
jenis tawas 1 gram. Ion Fe2+ akan mengendap sehingga air menjadi
lebih bening. Dari 4 tabung yang masing-masing berisi standar, tawas pasar, tawas penyaringan
pertama dan tawas penyaringan kedua. Dari ketiga jenis tawas tersebut. Sampel
yang berisi Fe2+ yang lebih bening adalah tawas penyaringan ke 2. Hal
ini karena pada tawas pertama zat pengotor masih ada sehingga ia akan lebih
sulit untuk bereaksi dengan Fe. Namun Tawas penyaringan pertama lebih jernih
dari tawas pasar. Hal ini mungkin terjadi kesalahan pada proses pembuatannya.
untuk penyaringan
Air genangan hujan, didapatkan bahwa pada campuran tawas kedua paling jernih,
selanjutnya pada penyaringan tawas ke 2 dan tawas pasar. Jika dibandingkan pada
penyaringan larutan FeCl2. Air lebh cepat menjadi bersih dan bening.
Hal ini karena konsentrasi dari larutan FeCl3 lebih pekat daripada
air selain itu air genangan mengandung H2O
sehingga kelarutannya lebih cepat.
V.
Kesimpulan
-
Tawas dapat dibuat dengan menggunakan
limbah alumunium foil
-
Tingkat kejernihan FeCl3 dan Air genangan Hujan yaitu: Tawas
penyaringan 1 > tawas penyaringan ke2 > tawas pasar
-
Prosedur pertama untuk pembuatan limbah
adalah dengan KOH
VI.
Daftar Pustaka
Iqbal dkk. 2012.”Modul
Praktikum Anorganic”. Jakarta : UIN syarif hidayatullah.
Journal kimia.2010
http://awalbarri.wordpress.com/2008/12/25/pengertian-tawas/
diakses tanggal 20 novmber jam 20.50
http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah
diakses tanggal 20 november 2012 jam 20.45 WIB